wtrpeachy

Belakangan ini


“Udah?” tanya Maven pada Brielle yang tadi sedang membeli es krim, tentu saja hanya buat Brielle karena Maven tidak mau. Sebagai jawaban singkat, Brielle hanya menganggukkan kepalanya saja sambil terus memakan es krimnya sedikit demi sedikit.

“Sekarang kita mau ke mana?”

“Terserah.”

“Dasar cewe, terserah mulu.” Ucap Maven dalam hati.

Maven tak lagi bertanya dan mereka berdua terus berjalan sampai tempat parkir dan duduk di dalam mobil.

“Sekarang udah tau mau ke mana? keliling dulu atau langsung pulang?”

“Emm, keliling dulu boleh deh.”


Maven mengendarai mobil untuk keliling sesuai dengan pilihan Brielle tadi. Sudah setengah perjalanan dari tempat parkir, tak ada satu pun yang memulai pembicaraan. Hening menjadi suasana di mobil pada malam ini. Brielle yang sibuk dengan pikirannya yang muncul banyak trust issues, dan Maven yang fokus menyetir sedari tadi.

“Ven.”

“Hm?” Dehaman singkat menjadi balasan dari panggilan Brielle.

“Kamu tau ga si? belakangan ini aku kayak takut banget sama relationship karena banyak yang kandas. Kandas karena perselingkuhan yang aku paling banyak baca akhir-akhir ini.”

“Aku takut semisal kamu melakukan hal yang sama ke aku, aku harus apa? aku harus kayak gimana?”

Tak disangka Maven, gadis yang duduk di sebelahnya meneteskan air mata.

Maven tak langsung menjawab, ia mengetepikan mobilnya untuk berhenti sejenak, menenangkan sekaligus menjawab kegelisahan Brielle.

“Lihat aku coba, jangan nunduk terus kasihan punggung kamu.” Ucap Maven pelan sambil menuntun Brielle agar duduk menghadapnya.

“Laki-laki brengsek yang kamu baca beritanya belakangan ini cuma beberapa dari banyaknya laki-laki baik yang ada di luar sana. Jadi, jangan samakan semua laki-laki itu brengsek atau apa pun, karena pasti yang tulus yang baik di luar sana juga gak mau disamakan sama mereka yang brengsek.”

“Sekarang, terserah kamu, kamu mau percaya sama aku atau engga itu bebas. Tapi aku janji sama kamu ga akan pernah selingkuhin kamu.”

“Kamu bisa dipercayakan?” Tanya Brielle masih dengan isak tangisnya.

“Aku dengan yakin bilang, aku bisa dipercaya. Selanjutnya mau kamu percaya atau engga itu di keputusan kamu. Aku gak bisa mutusin apa-apa, karena semua ada di tangan kamu.”

“Sekarang kamu tidur dulu, aku langsung nyetir ke apart kamu.”

Movie time


Waktu sudah menunjukkan pukul 19.00, terlihat Brielle yang sudah siap di dalam rumahnya dengan pakaian yang santai tidak terlalu berlebihan. Rambut yang diurai ditambah makeup tipis membuat Brielle tampak sangat cantik natural.

Ting nong

Suara bel membawa pandangan Brielle ke depan pintu. Ia rasa, Maven sudah berada di depan pintu untuk menjemputnya. Brielle tersenyum dan segera mengambil tasnya lalu berjalan ke luar.

Saat keluar, dilihatnya sosok gagah nan tinggi tengah berdiri di depan pintu.

“Hai, kenapa jemput sampai sini coba? kan bisa chat aku terus nanti aku yang turun samperin kamu.”

“Gapapa, kan kemauan aku.”

“Kan, nanti jadi capek. Aku kan kasian, malah baru pulang kerja.”

Maven mengusap rambut Brielle pelan, sambil terkekeh.

“Kan, aku ga naik tangga aku naiknya lift.”

“Oh iya, hehe. Yaudah, jadi kita mau kemana?”

“Kamu maunya kemana?”

“ISH, malah balik nanya. Emm, yaudah deh kita nonton yuk.”

“Nonton apa?”

“Kemarin aku liat di timeline twitter ada yang review Encanto. Aku mau coba nonton deh, katanya bikin terharu gitu.”

“Yaudah yuk,” ajak Maven sambil merangkul tangannya di pinggang Brielle.

“Ihh geli, tapi enak.”

Maven yang gemas dengan tingkah Brielle mencubit pelan hidung Brielle dengan tangan satunya. Mereka pun jalan sambil berangkulan sampai di depan mobil. Masuk ke mobil, dan langsung tancap gas menuju tempat yang ingin dituju, yaitu Bioskop.

—First Time

“Hi!” sambut Brielle dengan semangat saat membuka pintu untuk sang pacar yang berkata akan datang ke apartnya.

Pintu terbuka, manik mata Brielle menangkap sesosok postur tinggi yang tengah berdiri. Satu hal yang belum pernah Brielle lihat sebelumnya, Maven terlihat sangat lelah.

“Hey, masuk terus duduk gih,” tak tega melihat pacarnya terus berdiri akhirnya ia mempersilakan Maven untuk masuk dan duduk dulu. Dan ia sendiri pergi mengambil minum untuk Maven.


Sekarang keduanya tengah duduk di sofa yang ada di apart Brielle. Ruangan apart yang ditempati Brielle tidak terlalu luas namun tidak sempit juga. Menurut Brielle, ini sangat pas untuk dirinya yang tinggal sendiri.

“Sini dong duduk, jangan berdiri di situ mulu, klo mau liatin dari dkt aja,” ucap Maven yang menyadari sedaritadi Brielle hanya berdiri, sambil menatapnya.

Brielle tersenyum menanggapi perkataan Maven, ia tidak menolak, tidak protes karena perkataan Maven memang benar adanya.

“Kamu ganteng,” puji Brielle sambil berjalan untuk duduk disamping Maven.

“Aku tau,” Maven membalas sembari melingkarkan tangannya di pinggang Briella yang baru saja duduk. Kepalanya ia senderkan ke bahu Brielle juga. Brielle tidak menolak, karena ia tahu Maven sedang butuh dia.

“Cape banget ya? klo beban kamu banyak bagi ke aku aja ya, aku pasti dengerin dan aku bantu sebisa aku.”

Maven menggelengkan kepalanya kecil di dalam pelukan Brielle. Brielle yang tahu Maven butuh waktu pun akhirnya mengelus surai kepala Maven dengan pelan.

“Gapapa klo blm mau, pasti kamu juga butuh waktu.”

“Aku cerita nanti ya, lamaan dulu kayak gini. Soalnya aku ga pernah bisa kayak gini sama kamu jadi aku mau lamaan.”

“Iya gapapa, sini.” Brielle menyuruh Maven untuk masuk ke dekapannya lebih dalam lagi. Maven menurut saja dan langsung menutup matanya. Nyaman, itu yang dirasakan oleh Maven di dalam pelukan Brielle. Brielle juga senantiasa mengelus kepala Maven dengan lembut yg menambah kesan nyaman untuk Maven rasakan.

pelukan